JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Rabu dengan koreksi 0,55% ke level 8.537,91.
Pelemahan ini terjadi di tengah pergerakan saham yang bervariasi, di mana beberapa saham masih menunjukkan penguatan signifikan. Investor menanti momentum akhir tahun sambil mencermati kondisi likuiditas pasar dan arus dana asing.
Saham FILM melonjak 9,60%, ASII naik 1,92%, dan MORA menguat 4,08% sehingga menjadi penopang utama IHSG. Di sisi lain, saham BRPT turun 4,57%, BRMS melemah 6,06%, dan DCII terkoreksi 2,70%, menjadi faktor penahan pergerakan indeks.
Aliran dana asing tercatat menarik perhatian, di mana investor asing mencatatkan jual bersih Rp238,83 miliar di pasar reguler. Namun, total transaksi di seluruh pasar menunjukkan beli bersih asing sebesar Rp2,08 triliun, menandakan optimisme terhadap saham-saham tertentu meski indeks secara keseluruhan melemah.
Sektor Terdampak Koreksi dan Prospek Tahun Depan
Secara sektoral, delapan dari sebelas sektor utama ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan. Sektor basic materials menjadi yang paling terdampak dengan penurunan 1,59%. Di sisi lain, sektor properti menjadi satu-satunya sektor yang berhasil mencatatkan penguatan tipis 0,38%.
Analis menilai sektor properti masih memiliki prospek positif karena didukung oleh realisasi proyek dan permintaan properti residensial yang tetap stabil. Sementara sektor bahan dasar menghadapi tekanan akibat volatilitas harga komoditas global, yang memengaruhi kinerja emiten terkait.
Investor disarankan menyesuaikan portofolio dengan mempertimbangkan faktor fundamental sektor dan likuiditas saham. Saham-saham yang mencatatkan kenaikan signifikan menjadi opsi mitigasi risiko, sementara sektor yang melemah membutuhkan seleksi lebih cermat untuk menghindari potensi penurunan lebih dalam.
Pendanaan Korporasi dan Likuiditas Mendukung Stabilitas
Dukungan pendanaan menjadi faktor penting bagi perusahaan menghadapi tekanan likuiditas. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) memperoleh fasilitas pinjaman pemegang saham hingga Rp4,93 triliun dari Danantara Asset Management (DAM).
Fasilitas tersebut terdiri dari pinjaman modal kerja Rp4,18 triliun dengan tenor minimal lima tahun, serta pinjaman Rp752,81 miliar untuk program Golden Handshake dan penyehatan dana pensiun dengan jangka waktu minimal enam tahun. Dukungan ini diharapkan menopang operasional pabrik utama dan memperkuat keberlanjutan restrukturisasi kewajiban perusahaan.
Kondisi ini penting mengingat arus kas operasional KRAS sembilan bulan pertama 2025 masih mencatat defisit, sedangkan posisi kas terbatas. Pinjaman dari DAM dinilai mampu menstabilkan likuiditas jangka menengah, sekaligus menjaga keberlangsungan operasional di tengah tantangan pasar baja nasional dan global.
Dividen Emiten Kesehatan Menjadi Magnet Investor
Sementara itu, PT Soho Global Health Tbk (SOHO) mengambil langkah berbeda dengan membagikan dividen interim tahun buku 2025 sebesar Rp33,10 per saham, dengan total nilai mencapai Rp420,09 miliar. Langkah ini berasal dari laba bersih sembilan bulan 2025 sebesar Rp440,09 miliar, mencerminkan rasio dividen sekitar 95,5%.
Saldo laba ditahan SOHO hingga September 2025 tetap kuat dengan total ekuitas Rp2,84 triliun. Hal ini memastikan pembagian dividen tidak mengganggu kelangsungan usaha perusahaan. Jadwal cum dividen di pasar reguler dan negosiasi ditetapkan 6 Januari 2026, dengan pembayaran paling lambat 22 Januari 2026.
Pembagian dividen SOHO menjadi daya tarik tersendiri bagi investor yang mengincar pendapatan tunai di awal tahun. Langkah ini sekaligus menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang sehat dan kemampuannya memberikan imbal hasil bagi pemegang saham.
Strategi Investor Menyikapi Koreksi Pasar
Analis menekankan pentingnya diversifikasi portofolio untuk menghadapi koreksi IHSG menjelang akhir tahun. Saham-saham dengan fundamental kuat, seperti ASII, FILM, dan MORA, menjadi pilihan utama karena mampu menopang indeks di tengah tekanan pasar.
Investor juga perlu memantau aliran dana asing yang masih menunjukkan tren beli bersih secara total. Hal ini menjadi indikasi adanya optimisme terhadap saham-saham tertentu, meski IHSG melemah pada perdagangan harian.
Selain itu, pemantauan sektor dan kebijakan korporasi, seperti pendanaan KRAS dan pembagian dividen SOHO, dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. Strategi yang selektif akan membantu menjaga nilai portofolio sekaligus memanfaatkan peluang cuan awal tahun 2026.
Dengan kombinasi saham penopang indeks, sektor properti yang stabil, serta korporasi yang memperkuat likuiditas dan membagikan dividen, investor memiliki berbagai opsi untuk mengantisipasi fluktuasi pasar. Pendekatan ini diharapkan menjaga momentum investasi sekaligus meminimalkan risiko di akhir tahun.